Ada kalanya, kita yang hidup masih bergantung pada nama. Padahal, itu hanya terdiri dari huruf-huruf biasa.
Sebagian orang mungkin tidak setuju, karena berpendapat bahwa nama adalah doa—nama adalah rangkaian aksara yang memuat makna baik.
Ya, mungkin aku sepakat soal itu.
Tapi, untuk apa kita membesar-besarkan nama yang diberikan oleh keluarga, jika untuk memeluknya saja kita teledor? Bahkan, bisa saja nama itu jatuh dari diri kita.
Ketahuilah, manakala namamu tumbuh subur di atas lahan yang tandus, di situlah namamu akan hilang—terendap oleh tanah.
Percayalah, tatkala namamu berlabuh di pengeras suara usang yang ada di surau, barulah orang lain menyadari keberadaanmu.
Dan percayalah, saat kau diberikan timbangan dunia, namamu tak ada apa-apanya di hadapannya.
0 Komentar