Draf yang Tak Pernah Terkirim

 


Memecah keheningan, ada sebuah notifikasi dari telepon genggam di saku. Ia menghubungiku beberapa kali, sampai-sampai aku terenyuh dibuatnya.


196 pesan yang belum dibaca.


Aku sudah bilang sebelumnya, gumpita gelap malam sudah terlalu bersemayam di jiwaku ini. Beberapa kali aku coba keluar-masuk, tapi apa yang terjadi? Semakin aku berlarut kepadamu.


99 panggilan tak terjawab.


Apakah kau sudah lupa alamat mimpiku?

Datanglah sesekali

tak perlu 

menghubungiku setiap saat

Terlalu riuh dunia ini 

untukku

sedang kau terus menari-nari 

di padang rumput


Bawa aku sesekali ke duniamu

tak perlu kau datang 

dalam bentuk 

Kepingan kenangan.


Nestapa. 

Aku sudah berusaha 

untuk mengikuti dunia 

tapi dinding menjulang 

selalu ada di perjalanan ini.

----------


Ingatkah kala itu kita bisa berpetualang layaknya kisah dalam buku-buku bergenre aksi?

Ingatkah kala itu kita bisa bertukar cerita, layaknya obrolan asyik di sebuah warung sederhana?

Ingatkah kala itu kita bisa saling mengasihi?

Ingatkah kala itu kita bisa saling memenuhi?

Ingatkah.

Ingatkah.

Ingat, lalu...

Lupakanlah.


Jemari ini sudah mengetik terlalu panjang, tak kuasa telepon genggam ini menahan beban kata-kata yang hanyut dalam perasaan.


Di akhir,

ada sebuah

pesan draf yang belum terkirim.


Aku rindu padamu.

Posting Komentar

0 Komentar